dokumentasi Training Kader Masjid adalah bukti kebesaran Allah SWT

Minggu, 19 Oktober 2008

PERNYATAAN SIKAP

ALIANSI PEMUDA PEDULI MORAL BANGSA

TERHADAP RUU PORNOGRAFI

History make man wise, ungkapan ini sudah lazim kita dengarkan dan memang tidak dapat dinafikan. Sejarah sudah selayaknya menjadi tempat berkaca, mengkontemplasikan perubahan dan melahirkan gagasan baru yang lebih kontekstual. Dalam pusaran sejarah bangsa ini, ada sebuah fenomena menarik untuk dicermati. Kepimimpinan kaum muda. Gerakan muda dengan sederet tokohnya yang tentulah merupakan para pemimpin kaum muda mencatat serentetan kiprah kepeloporan untuk perubahan. Kaum muda senantiasa menjadi bagian yang tak bisa lepas dari setiap episode kesejarahan bangsa. Tidak dapat dinafikan lagi, pemuda adalah aset bangsa (human capital) yang memiliki posisi strategis. Pemuda adalah pewaris estafeta kepemimpinan bangsa. Pada diri pemudalah harapan dan cita-cita besar bangsa akan ditipkan.

Namun, realitas menyadarkan kita bahwa pemuda berada dalam ambang kehancuran dengan adanya ancaman pornografi. Beberapa data sebagai fakta yang dapat diajukan:

1. Data kekerasan seksual yang menimpa anak-anak (usia di bawah 18 tahun) yang dihimpun oleh Pusat Krisis Terpadu untuk Perempuan dan Anak di RSCM dari Juni 2000 hingga Juni 2005 menunjukkan, kasus kekerasan seksual terhadap anak perempuan mencapai 1200 kasus dan pencabulan anak laki-laki sebanyak 68 kasus. Korban umumnya dibawah usia 16 tahun, dan pada umumya dimulai ketika anak masih sangat kecil dan belum mengerti perilaku seksual.

2. Data dari Survei Yayasan Kita dan Buah Hati tahun 2005 menunjukkan bahwa lebih dari 80 % anak berusia 9-12 tahun di Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, Bekasi telah mengakses materi pornografi, 25 % melalui hand phone, 20 % dari situs porno di internet, 12 % dari majalah , 12 % dari film/ VCD/ DVD. Remaja usia 19-24 tahun lebih parah lagi, 97 % (artinya hampir semua) remaja pernah mengakses situs porno.

3. Anak-anak Indonesia kini telah dijadikan sebagai model gambar-gambar porno yang bereder di situs-situs internet atau website. Bahkan, menurut hasil survei dari Top Ten Review pada tahun 2006, anak Indonesia ditengarai merupakan jumlah terbesar yang dijadikan model pada situs tersebut. ‘Dari 4,2 juta situs porno, 100 ribu diantaranya berupa situs yang menampilkan anak-anak sebagai objek seksual, dan yang terbanyak adalah anak-anak Indonesia,’ kata Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Masnah Sari, usai sosialisasi Undang-Undang (UU) Perlindungan Anak di Graha Bhumi Phala, Kantor Setda Temanggung, Rabu (9/4).

4. Di Indonesia pada tahun 1999 terjadi 2 juta aborsi, 750.00 diantaranya terjadi pada pasangan yang belum menikah. Wajar, karena Penelitian BKKBN di enam kota di Jawa Barat tahun 2002 menyebutkan: 39,65% (artinya 4 dari 10) remaja pernah berhubungan seks sebelum nikah. (Lihat Sejarah Erotisme & Seks Bebas, Umar Abdullah, Bogor : elMoesa Production, 2006).

5. Buletin al-Islam Edisi 315 Setiap hari berbagai media (cetak maupun elektronik) selalu menyajikan berita tentang berbagai kasus yang mendera anak-anak kita. Pelecehan seksual, penculikan, penyiksaan, pembunuhan (bahkan sejak usia sangat dini dengan aborsi), perdagangan anak, anak-anak yang terbelakang
karena kurang gizi, anak-anak putus sekolah, hingga kriminalitas anak

6. Ancaman Televisi Sekitar 60 juta anak Indonesia menonton TV selama berjam-jam hampir sepanjang hari. Berdasarkan penelitian Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) tahun 2002, di Jakarta, misalnya, anak-anak menghabiskan sekitar 30-35 jam di depan pesawat TV selama seminggu atau 1560-1820 jam pertahun. Angka itu bahkan jauh lebih besar daripada jam belajar anak di Sekolah Dasar (SD) yang tidak sampai 1.000 jam setahun. Sementara apa yang mereka tonton daiantaranya tayangan yang menampilkan ketelanjangan dan ataupun yang mengesankan ketelanjangan.

7. Meningkatnya jumlah masyarakat yang terkena penyakit yang mematikan di Indonesia. Diperkirakan 30 ribu orang terjangkit HIV/AIDS.

8. BBC dan CNN pada 2001 juga pernah melaporkan, Indonesia dan Rusia merupakan pemasok terbesar materi pornografi anak, di mana anak-anak ditampilkan dalam adegan-adegan seksual. (Republika, 21/5/06).

9. Sekitar 100.000 wanita dan anak-anak diperdagangkan setiap tahunnya, di antaranya untuk bisnis seks. Indonesia bersama 22 negara lainnya dipandang sebagai sumber perdagangan manusia, baik untuk kepentingan dalam negeri maupun mancanegara. Salah satu tujuan perdagangan manusia adalah memasukkan perempuan dalam industri prostitusi

10. Aborsi di Indonesia terjadi sebanyak 2,2 juta setahunnya. Maknanya setiap 15 detik seorang calon bayi di suatu tempat di negeri ini meninggal

11. Ancaman Pornografi dan Seks Bebas berdasarkan data Yayasan Kita dan Buah Hati pernah melakukan survei sepanjang tahun 2005 di antara kalangan anak-anak SD, usia 9-12 tahun. Respondennya 1.705 anak di Jabodetabek, ternyata 80 persen dari anak-anak itu sudah mengakses materi pornografi dari bermacam-macam sumber: komik-komik, VCD/DVD, dan situs-situs porno. Di Indonesia, komik-komik porno harganya cuma Rp 2.000-Rp 3.000, sementara VCD porno bisa Rp 10.000 dua keping. Itu bisa dibeli di stasiun kereta, di depan sekolah, di depan kantor polisi, bisa di mana saja. .

12. Terdapat 4,200,000 (empat koma dua juta) situs porno dunia, 100,000
(seratus ribu) situs porno Indonesia di internet.

Kami sebagai elemen pemuda yang risau dan sekaligus peduli pada moral bangsa MENYATAKAN SIKAP:

1. MENGUTUK DAN MENGECAM KERAS, PERSEORANGAN MAUPUN KOORPORASI YANG TELAH TURUT ANDIL DALAM MEREBAKNYA PEREDARAN MATERI PORNOGRAFI YANG TELAH MERUSAK MORAL DAN KARAKTER PEMUDA INDONESIA

2. MEMANDANG PENTING LAHIRNYA PRODUK HUKUM YANG SECARA TEGAS MAMPU MENGATUR AGAR PORNOGRAFI TIDAK SEMAKIN BERKEMBANG LUAS

3. MENDUKUNG SEGERA DISAHKANNYA RUU PORNOGRAFI DEMI PENYELAMATAN ASET BANGSA (PEMUDA)

4. PERAN AKTIF CRIMINAL JUSTICE SYSTEM (APARAT PENEGAK HUKUM POLISI, JAKSA DAN HAKIM) DALAM MENJALANKAN UNDAN-UNDANG YANG TELAH ADA

5. MENGHIMBAU MASYARAKAT UNTUK TETAP KRITIS DAN OBJEKTIF TERHADAP MASALAH DEKADENSI MORAL YANG TERJADI PADA BANGSA INI

Jombang, 20 Oktober 2008,


LDK Al Ikhlas , STKIP PGRI Jombang.

Senin, 08 September 2008

Ramadhan Bulan Kemenangan

Al-Ikhwan.net | 9 Oktober 2007 | 28 Ramadhan 1428 H | 2.140 views
DR. Muhammad Mahdi Akif 
 |  
Bismillah, segala puji Bagi Allah, shalawat dan salam atas Rasulullah saw dan orang-orang yang mendukungnya, selanjutnya…
Bulan Ramadhan dalam sejarahnya mengikat kita tentang peristiwa kemenangan-kemenangan besar yang menjadi titik awal perubahan dan karakter yang istimewa; bukan hanya bagi sejarah kaum muslimin saja, namun dalam sejarah umat manusia dan dunia, sejarah yang tidak datang tiba-tiba, namun berulang kali sebagai wahana motivasi berfikir, merenung dan belajar.
Tidak asing bagi kita bahwa puasa merupakan jihad, medan pertama adalah jiwa, jika mampu menguasainya maka terhadap orang lain akan lebih mampu, jika mampu memenangkannya maka terhadap musuh akan lebih mudah dan lebih gampang memenangkannya…puasa merupakan jihad terhadap jiwa yang melatih hingga ketingkat kepemimpinan, kokoh terhadap daya tarik bumi dan syahwat yang mampu menghinakan pemiliknya dan meruntuhkan mereka, mengotori kesucian ruh mereka dan menutup dirinya dari derajat menuju Tuhan yang Maha Tinggi.
Tidaklah asing bagi mereka yang sibuk dengan kesucian jiwa dan ruh dan mampu menguasainya dapat menerima kelemahan dan rela pada kehinaan, padahal disisi mereka dunia adalah kecil sementara akhirat sangatlah agung, seakan surga menghiasi jiwanya dan berusaha melangkah menuju arahnya? Allah SWT telah membimbing mereka dalam Qur’an-Nya, Allah berifrman: “Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri (kepada mereka) malaikat bertanya: “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?”. mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)”. para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?”. orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (An-Nisa: 97)… dengan persiapan jiwa ini maka orang yang berpuasa sibuk dengan perang mereka, kemenangan tentunya berpihak pada mereka berjalan bersama kendaraan mereka.
Perang Badr al-Kubra
Pada bulan Ramadhan tahun ke 2 H terjadi perang Badr al-kubra, setelah mendapat izin dari Allah atas orang-orang dzalim yang telah mengusir mereka dan merampas harta mereka untuk membalas atas kedzaliman mereka. Allah berfirman: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, Karena Sesungguhnya mereka Telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang Telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali Karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”. dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah Telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Al-Hajj: 39-41)
Perang badr merupakan rincian sejarah kaum muslimin dan pembentuk daulah yang baru…Allah SWT menyebutnya dengan hari Al-furqan yang mampu membedakan antara yang hak dan yang bathil? “…Di hari Furqaan yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas gala sesuatu. (Al-Anfaal: 41) bagaimana jadinya, sekiranya kaum muslimin pada hari itu kalah? Akankah daulah mereka (islam) dapat tegak? Betapa banyak dari umat manusia yang mengalami kerugian jika pada hari itu daulah islam hancur, tidak ada lagi bendera kebenaran?? Sungguh pada hari itu Rasulullah saw berdiri menghadap Allah sambil berdoa dengan sangat memelas dan memperbanyak do’a: “Ya Allah jika Engkau hancurkan kelomok ini maka tidak ada lagi yang menyembah di bumi ini..” adapun para sahabat yang bernadzar mengorbankan jiwa mereka dan menimbang neraca keadilan sehingga ada diantara mereka yang berkata kepada rasulullah saw: “Demi –Allah- yang telah mengutusmu dengan hak, jika dibentangkan dihadapan kami lautan, lalu engkau menyebranginya maka kami akan ikut menyebranginya bersama engkau, dan tidak ada seorangpun diantara kami yang membelot..”. mereka berjumlah 300 dan beberapa orang tidak memiliki apa-apa kecuali 2 ekor kuda berhadapan dengan jumlah tiga kali lipat, nabi saw mensifati mereka dalam doanya: “Ya Allah mereka adalah pejalan kaki maka berikanlah kepada mereka kendaraan, dalam keadaan miskin namun berikanlah kekayaan, dan dalam keadaan lapar berikanlah kepada mereka makanan”. Namun mereka tidak merasa kalah dengan jumlah yang sedikit dan perangkat yang terbatas bahkan sangat bersemangat dalam meraih kemenangan akan kebenaran dengan penuh keikhlasan, dan ideolgi yang membangkitkan…maka tidak asing jika kemenangan mereka merupakan kemuliaan dari kelemahan mereka di muka bumi ini, sehingga dimasa depan mendapatkan yang terbaik untuk dunia mereka, harga diri bagi para duat kebenaran dan berusaha mencapai jalan mereka walaupun harus menghadapi kekuatan jahat dan melemparkan mereka dalam satu panah…
Penaklukan Andalusia
Pada bulan Ramadhan tahun 92 H merupakan awal kemenangan kaum muslimin dan penaklukan Andalus, dipimpin oleh panglima gagah berani Thariq bin Ziyad yang baru masuk Islam beberapa tahun dan menjadikan diri -tidak ada beda antara anak-anaknya dengan satu jenis atau fanatic – salah seorang pemimpin terkemuka dalam sejarah.
Ketika Thariq dan pasukannya berhasil menginjakkan kakinya di bumi eropa mereka mulai mencetak sejarah baru terhadap dunia, Eropa mengakui Islam dan kebudayaannya yang memindahkannya dari keterbelakangan dan kejumudan menuju dunia yang luas dari kemajuan dan cahaya…sejarawan Eropa Gustave Lopon berkata: “ Jika kita kembali pada abad ke 17 M maka akan kita dapatkan bahwa kebudayaan Islam di Spanyol menakjubkan sekali, bahwa pusat kebudayaan eropa saat itu sedang mandek yang diredam oleh para penguasa yang jahat yang hanya mementingkan diri dan bangga dengan kemewahan namun tidak mau membaca…sehingga kejumudan terus menimpa Eropa selama beberapa tahun tanpa mereka rasakan, wajah eropa tidak tampak memiliki kecendrungan pada ilmu kecuali pada abad ke 11 dan 12 M; yang mana hal tersebut tampak ditengah mereka berkeinginan menghilangkan kejahilan yang menimpa mereka, sehingga mereka mengalihkan wajah mereka menuju arab – kaum muslimin yang merupakan pemimpin mereka-“.
Salah seorang pemimpin Andalusia abad ke 4 H atau 10 M, yaitu Ibrahim bin Ya’qub At-Thurtusyi, seorang warga Jaliqiyah di Utara Spanyol menjadi jauh dari hukum kaum muslimin, beliau berkata bahwa mereka: “Warga yang jauh dan merendahkan akhlak, tidak mencuci baju mereka sejak mereka memakainya hingga terlepas dari mereka, mereka menganggap bahwa kotor yang menempel dari keringat mereka memberikan kenikmatan pada jasab mereka dan memberikan kebaikan bagi badan mereka!!”
Begitulah kondisi mereka disaat kaum muslimin berada dipuncak ketinggian kebudayaan di Andalusia, sehingga mengarahkan anak-anak mereka dari beberapa negeri Eropa untuk menjadi pelajar dan menimba ilmu dari kaum muslimin kemudian kembali kepada mereka menjadi duta kebudayaan dan membangun kemuliaan…semua ini didapat pada lembaran-lembaran pada para pendahulu yang berpuasa yang mampu menaklukkan Andalusia dan menaklukkan dunia menuju ufuk fajar baru.
Perang Ain Jalut
Pada bulan Ramadahan tahun 658 H terjadi perang Ain Jalut; kaum muslimin di Mesir dan Syam berhasil mengalahkan kerajaan Mongolia yang selalu melakukan kerusakan dan menyebarkan kematian di daerah Asia Tangah dan Asia Timur, melakukan pembantaian yang mengerikan pada setiap penduduknya, dan bahkan sengaja menggunakan kendaraan kuda mereka untuk menginjak-injak ratusan ribu mayat manusia dari kaum muslimin, sehingga sungai Dahlah penuh oleh buku-buku yang membawa kebangkitan dan meninggikan kebudayaan dunia…bahkan karena penuhnya buku-buku mengakibatkan air sungai berubah menjadi kehitam-hitaman…di Baghdad mereka membunuh khalifah Abbasiyah yang terakhir, membantai jutaan mansuai hanya dalam beberapa hari… ditambah dengan banyak korban yang terbunuh tanpa belas kasih sayang dalam penaklukkan mereka yang hitam, mereka juga membunuh di “Moro” sebanyak 700 ribu jiwa… dan sebagaimana cobaan itu melanda negeri Islam hingga meluas ke daratan timur Eropa dan mengancam seluruh penduduk dunia..padahal kejayaan kaum muslimin adalah untuk mereka dan kemenangan umat Islam atas mereka adalah menyelamatkan manusia seluruhnya dan untuk kebudayaan masnusia secara keseluruhan; dimana saja mereka berada.
Tentunya qiyadah kaum muslimin dan pemimpin mereka al-mudzaffar Qutz menyadari bahwa mereka menorehkan sejarah yang baik baginya setelahnya, dan umat bergotong royong dibelakang para pemimpin menggerakkan para ulama besar yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang rabbani Al-‘Iz bin Abdussalam, mereka menghidupkan nilai-nilai jihad dan arti dari menggapai syuhada, mengingatkan akan akarnya yang menjadi pilihan Allah SWT .. “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (Ali Imron: 110) dan firman Allah: “Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”. (Al-Baqoroh: 143) .. ketika kondisi semakin kritis dan genting dalam sejarah umat dan alam, dengan gagah sang panglima Qutz melangkah dan sambil menunggang kuda beliau berteriak: “Wa Islamaah”, mengharap syahadah. Maka ditorehkanlah baginya kehidupan dan bagi umatnya dan nilai-nilai kemajuan dan pembangunan, bukan untuk kejumudan dan kehancuran.
Selanjutnya:
Demikianlah tiga contoh dari kemenangan-kemenangan besar dalam bulan Ramadhan, yang diraih oleh orang yang berpuasa, dicetak oleh para pemilik ruh (jiwa) yang suci dan darah yang bersih, menghadirkan untuk manusia dan umat sesuatu yang terbaik, menjaga kemurnian hadlarah dan prestasi-prestasi terbaik, sehingga mereka dapat berpindah kedepan dengan langkah yang lebih maju dan derajat yang paling tinggi.
Bahwa Ramadhan merupakan bulan Quran dan puasa memberikan kita dari sisi lain ketika kita melihat para pemilik karunia yang tiada taranya, bukan hanya atas kaum muslimin saja namun juga kepada alam seluruhnya… bahkan kepada manusia dimana saja mereka berada… apakah umat islam sekarang menyadari kebaikan-kebaikan yang ada di tangan mereka dan kemuliaan yang ada dalam sejarah mereka? Tidaklah mungkin umat manusia yang bingung dapat menghadirkan petunjuk dan arahan?? Apakah mereka menyadari akan keterbelakangan mereka dari peran yang diinginkan Islam terhadap mereka sehingga kerugian yang besar membayar harga yang besar oleh mereka dan selain mereka, mereka melebarkan peluang untuk kekuatan penghancur dan jahat yang menjadikan kehidupan lebih banyak kesengsaraan dan kesedihan, menjadikan manusia berada pada keburukan dan rendah dalam kehidupan tanpa petunjuk, tidak kebahagiaan kecuali hanya kecelakaan di dalam akhirat, dan tidak mampu meninggikan bangunannya kecuali hanya berada direruntuhan mimpi orang yang hina dan rendahan??
Dan hanya kepada Allah kita berharap menjadikan bulan kita ini sebagai proses kebangkitan umat untuk memainkan perannya yang dibebankan dengannya dalam memakmurkan dunia dan memuliakan manusia serta membahagiakan alam… “…dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya:. (Yusuf: 21)
Shalawat dan salam atas nabi kita Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya… dan akhir doa kami bahwa segala puji hanya mulik Allah Tuhan semesta alam.

Selasa, 12 Agustus 2008

Ikhwan GANTENG

Alangkah indahnya Islam. Kedudukan manusia dinilai dari ketaqwaannya, bukan dari gendernya. Ini adalah strata terbuka sehingga siapa saja berpeluang untuk memasuki strata taqwa.

Ikhwan dan akhwat adalah dua makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbeda. Ikhwan, sebagaimana ia, memang diciptakan lebih dominan rasionalitasnya karena ia adalah pemimpin bagi kaum hawa. Akhwat, sebagaimana ia, memang diciptakan lebih dominan sensitivitas perasaannya karena ia akan menjadi ibu dari anak-anaknya.

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. 9: 71)

Di lapangan, ikhwan dan akhwat harus menjaga hijab satu sama lain, namun tentu bukan berarti harus memutuskan hubungan, karena dalam da’wah, ikhwan dan akhwat adalah seperti satu bangunan yang kokoh, yang sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.

Belakangan ini menjadi sebuah fenomena baru di berbagai LDK kampus tentang sedikit ‘konfrontasi’ ikhwan dengan akhwat. Tepatnya, tentang kurang cepat tanggapnya da’wah para ikhwan yang notabene adalah partner da’wah dari akhwat.

Patut menjadi catatan, mengapa ADK akhwat selalu lebih banyak dari ADK ikhwan. Walau belum ada penelitian, tetapi bila melihat data kader, pun data massa dimana jumlah akhwat selalu dua sampai tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan ikhwan, maka dapat diindikasikan bahwa ghirah, militansi dan keagresifan berda’wah akhwat, lebih unggul. Meski memang hidayah itu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun tentu kita tak dapat mengabaikan proses ikhtiar.

Akhwat Militan, Perkasa dan Mandiri? Sejak kapankah adanya istilah Akhwat militan, perkasa dan mandiri ini? Berdasarkan dialog-dialog yang penulis telaah di lapangan, dan di beberapa LDK, ternyata hampir semua akhwat memiliki permasalahan yang sama, yaitu tentang kurang cepat tanggapnya ikhwan dalam menghadapi tribulasi da’wah. Bahkan ada sebuah rohis yang memang secara turun temurun, kader-kader akhwatnya terbiasa mandiri dan militan. Mengapa? Karena sebagian besar ikhwan dianggap kurang bisa diandalkan. Dan ada pula sebuah masjid kampus di Indonesia yang hampir semua agenda da’wahnya digerakkan oleh para akhwat. Entah hilang kemanakah para ikhwan.

Akibat seringnya menghadapi ikhwan semacam ini, yang mungkin karena sangat gemasnya, penulis pernah mendengar doa seorang akhwat, “Ya Allah…, semoga nanti kalau punya suami, jangan yang seperti itu… (tidak cepat tanggap–red),” ujarnya sedih. Nah!

Ikhwan GANTENG
Lantas bagaimanakah seharusnya ikhwan selaku partner da’wah akhwat? Setidaknya ada tujuh point yang patut kita jadikan catatan dan tanamkan dalam kaderisasi pembinaan ADK, yaitu GANTENG (Gesit, Atensi, No reason, Tanggap, Empati, Nahkoda, Gentle). Beberapa kisah tentang ikhwan yang tidak GANTENG, akan dipaparkan pula di bawah ini.

(G) Gesit dalam da’wah
Da’wah selalu berubah dan membutuhkan kegesitan atau gerak cepat dari para aktivisnya. Ada sebuah kisah tentang poin ini. Dua orang akhwat menyampaikan pesan kepada si fulan agar memanggil ikhwan B dari masjid untuk rapat mendesak. Sudah bisa ditebak…, tunggu punya tunggu…, ikhwan B tak kunjung keluar dari masjid. Para akhwat menjadi gemas dan menyampaikan pesan lagi agar si fulan memanggil ikhwan C saja. Mengapa? Karena ikhwan C ini memang dikenal gesit dalam berda’wah. Benar saja, tak sampai 30 detik, ikhwan C segera keluar dari masjid dan menemui para akhwat. Mobilitas yang tinggi.

(A) Atensi pada jundi
Perhatian di sini adalah perhatian ukhuwah secara umum. Contoh kisah bahwa ikhwan kurang dalam atensi adalah ketika ada rombongan ikhwan dan akhwat sedang melakukan perjalanan bersama dengan berjalan kaki. Para ikhwan berjalan di depan dengan tanpa melihat keadaan akhwat sedikitpun, hingga mereka menghilang di tikungan jalan. Para akhwat kelimpungan.., nih ikhwan pada kemana? “Duh.., ikhwan ngga’ liat-liat ke belakang apa ya?” Ternyata para ikhwan berjalan jauh di depan, meninggalkan para akhwat yang sudah kelelahan.

(N) No reason, demi menolong
Kerap kali, para akhwat meminta bantuan ikhwan karena ada hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh akhwat. Tidak banyak beralasan dalam menolong adalah poin ketiga yang harus dimiliki oleh aktivis. Contoh kisah kurangnya sifat menolong adalah saat ada acara buka puasa bersama anak yatim. Panitia sibuk mempersiapkannya. Untuk divisi akhwat, membantu antar departemen dan antar sie adalah hal yang sudah seharusnya dilakukan. Para akhwat ini kemudian meminta tolong seorang ikhwan untuk memasang spanduk. “Afwan ya…, amanah ane di panitia kan cuma mindahin karpet ini…,” jawab sang ikhwan sambil berlalu begitu saja karena menganggap tugas itu bukanlah amanahnya.

(T) Tanggap dengan masalah
Permasalahan da’wah di lapangan semakin kompleks, sehingga membutuhkan aktivis yang tanggap dan bisa membaca situasi. Sebuah kisah, adanya muslimah yang akan murtad akibat kristenisasi di sebuah kampus. Aktivis akhwat yang mengetahui hal ini, menceritakannya pada seorang ikhwan yang ternyata adalah qiyadahnya. Sang ikhwan ini dengan tanggap segera merespon dan menghubungi ikhwan yang lainnya untuk melakukan tindakan pencegahan pemurtadan.

Kisah di atas, tentu contoh ikhwan yang tanggap. Lain halnya dengan kisah ini. Di sebuah perjalanan, para akhwat memiliki hajat untuk mengunjungi sebuah lokasi. Mereka kemudian menyampaikannya kepada ikhwan yang notabene adalah sang qiyadah. Sambil mengangguk-angguk, sang ikhwan menjawab, “Mmmm….” “Lho… terus gimana? Kok cuma “mmmmm”…” tanya para akhwat bingung. Sama sekali tidak ada reaksi dari sang ikhwan. “Aduh… gimana sih….” Para akhwat menjadi senewen.

(E) Empati
Merasakan apa yang dirasakan oleh jundi. Kegelisahan para akhwat ini seringkali tercermin dari wajah, dan lebih jelas lagi adalah dari kata-kata. Maka sebaiknya para ikhwan ini mampu menangkap kegelisahan jundi-jundinya dan segera memberikan solusi.

Contoh kisah tentang kurang empatinya ikhwan adalah dalam sebuah perjalanan luar kota dengan menaiki bis. Saat telah tiba di tempat, ikhwan-akhwat yang berjumlah lima belas orang ini segera turun dari bis. Dan bis itu melaju kembali. Para akhwat sesaat saling berpandangan karena baru menyadari bahwa mereka kekurangan satu personel akhwat, alias, tertinggal di bis! Sontak saja para akhwat ini dengan panik, berlari dan mengejar bis. Tetapi tidak demikian halnya dengan ikhwan, mereka hanya berdiri di tempat dan dengan tenang berkata, “Nanti juga balik lagi akhwatnya.”

(N) Nahkoda yang handal
Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Ia adalah nahkoda kapal. Lantas bagaimanakah bila sang nahkoda tak bergerak? Alkisah, tentang baru terbentuknya kepengurusan rohis. Tunggu punya tunggu…, hari berganti hari, minggu berganti minggu, ternyata para ikhwan yang notanebe adalah para ketua departemen, tak kunjung menghubungi akhwat. Akhirnya, karena sudah “gatal” ingin segera gerak cepat beraksi dalam da’wah, para akhwat berinisiatif untuk “menggedor” ikhwan, menghubungi dan menanyakan kapan akan diadakan rapat rutin koordinasi.

(G) Gentle
Bersikap jantan atau gentle, sudah seharusnya dimiliki oleh kaum Adam, apatah lagi aktivis. Tentu sebagai Jundullah (Tentara Allah) keberaniannya adalah di atas rata-rata manusia pada umumnya. Namun tidak tercermin demikian pada kisah ini. Sebuah kisah perjalanan rihlah. Rombongan ikhwan dan akhwat ada dalam satu bis. Ikhwan di depan dan akhwat di belakang. Beberapa akhwat sudah setengah mengantuk dalam perjalanan. Tiba-tiba bis berhenti dan mengeluarkan asap. Para ikhwan segera berhamburan keluar dari bis. Tinggallah para akhwat di dalam bis yang kelimpungan. “Ada apa nih?” tanya para akhwat. Saat para akhwat menyadari adanya asap, barulah mereka ikut berhamburan keluar. “Kok ikhwan ninggalin gitu aja…” ujar seorang akhwat dengan kecewa.

Penutup
Fenomena ketidak-GANTENG-an ikhwan ini, akan dapat berpengaruh pada kinerja da’wah. Ikhwan dan akhwat adalah partner da’wah yang senantiasa harus saling berkoordinasi. Masing-masing ikhwan dan akhwat memang mempunyai kesibukannya sendiri, namun ikhwan dilebihkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu sebagai pemimpin. Sehingga wajar saja bila yang dipimpin terkadang mengandalkan dan mengharapkan sang qawwam ini bisa jauh lebih gesit dalam berda’wah (G), perhatian kepada jundinya (A), tidak banyak alasan dalam menolong (N), tanggap dalam masalah (T), empati pada jundi (E), menjadi nahkoda yang handal (N) dan mampu memberikan perlindungan (G). Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Kaum laki-laki adalah pemimpin (qawwam) bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)..." (QS. An-Nisa':34).

Kita harapkan, semoga semakin banyak lagi ikhwan-ikhwan GANTENG yang menjadi qiyadah sekaligus partner akhwat. Senantiasa berkoordinasi. Ukhuwah di dunia, dan di akhirat. Amiin. []

PS : Ayo kita budidayakan (memangnya ternak???) ikhwan GANTENG ini. Dan pada pembahasan selanjutnya, dapat dikupas tentang akhwat CANTIK. Nah, untuk ini, biarkan ikhwan yang menulis

Senin, 04 Agustus 2008

Indahnya Ramadhan - Mengendalikan Diri


E-mail

Aa Gym

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Subhanallah, walhamdulillah, walaailaahaillallah, wallahuakbar.

Semoga Allah SWT mengkaruniakan kepada kita semua keterampilan mengendalikan diri. Tidak ada yang bahaya dalam hidup ini, selain sikap kita sendiri.karena ternyata bahaya besar dalam hidup ini ialah ketika kita tidak berhasil mengendalikan diri kita dengan baik.

Salah satu ciri orang bahagia dan bertaqwa ialah yang paling terampil mengendalikan dirinya dengan tepat. Sehingga dapat melalui rintangan yang ada. Kita bisa melatih diri selama ramadhan.

Yang pertama ialah pikiran, pikiran akan mempengaruhi suasana hati. Kalau kita berpikir seseorang akan mengancam diri kita, maka pikiran kita akan langsung merasa tidak nyaman. Kita sering tidak nyaman dalam hidup karena pikiran kita terfokus pada hal-hal yang negatif dan mengakibatkan kita menjadi menderita. Seharusnya bagaimana sikap kita menyikapi hal ini?

Seharusnya bulan Ramadhan bulan latihan untuk berpikir positif. Kalau pikiran kita hanya tertuju kepada makhluk, maka akan gelisah. Namun bila pikiran kita tertuju kepada pencipta makhluk yakni Allah SWT maka insyaallah tidak akan gelisah. Semakin lambat mengalihkan pikiran kita kepada Allah, semakin gelisah. Semakin cepat mengalihkan pikiran kita kepada Allah, maka akan semakin tenteram. "Alaa bidzikrillahi tatma'innulquluub".

Melihat kekurangan orang lain, akan jengkel. Melihat kelebihan orang lain, akan tenang. Mari kita mencari seribu satu alasan untuk memaafkan orang lain. Kendalikan pikiran, mencari hikmah, berdzikir, mencari Allah SWT insyaallah tenteram.

Kita sering melihat lukisan kuda, dan kita terpesona kepada yang melukisnya. Kenapa melihat kuda yang nyata, kita tidak memuji Sang Maha Pencipta-Nya? Kita melihat adik kita memainkan boneka, dan kita memuji pabrik bonekanya. Kenapa melihat bayi memainkan boneka, kita tidak memuji yang Maha Pencipta?

Setiap kejadian terjadi atas ijin dan kehendak Allah SWT. Setiap kejadian yang terjadi pasti ada hikmahnya. Kita jangan terfokus kepada makhluk, fokuslah kepada yang Maha Menciptakan makhluk.

Selamat menikmati mengolah pikiran, kalau kita tidak terampil mengolah pikiran, ciri yang paling khas adalah gelisah. Apakah kita tidak boleh gelisah? Jawabnya "harus", tetapi gelisahnya bukan karena urusan dunia, melainkan urusan akherat. Sebagai contoh : takut kalau shalat kita tidak diterima, amal yang tidak ikhlas, takut di yaumal hisab tidak husnul khotimah.

Yang kedua, latihan mengendalikan keinginan. Kesengsaraan itu karena diperbudak oleh keinginan. Yang bagus ialah menginginkan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT. Untuk keinginan dunia, memperbanyak do'a dan memohon petunjuk yang terbaik dalam pandangan Allah SWT. Apapun yang kita inginkan, syaratnya ialah :

1. Allah SWT suka atau tidak dengan keinginan kita.
2. Istiqharah, memohon petunjuk dan bimbingan dari Allah SWT. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah SWT : "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah maha mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui". (QS.2 : 216).

Keinginan timbul dari pandangan, cobalah untuk menahan pandangan dari yang tidak membawa manfaat. Kalau kita ingin membeli sesuatu, pertanyaannya adalah, bukan ingin atau tidak ingin? Tetapi, kita perlu atau tidak perlu? Karena keinginan tidak akan pernah ada habisnya. Rasulullah SAW menggambar sebuah kotak dan didalamnya digambarkan ditengah kotak tersebut sebuah garis lurus yang melewati kotak tersebut, apa artinya? Kotak tersebut diartikan sebagai umur, sedangkan garis lurus didalam kotak tersebut digambarkan sebagai keinginan.

Yang ketiga, mengendalikan amarah. Kenapa kita marah? Prinsip dasarnya ialah ketidaksiapan mental menerima yang tidak sesuai dengan keinginan dan harapan kita. Kalau kita marah, kepentingannya nafsu dan cenderung menyakiti orang lain. Sedangkan kalau kita tegas, kepentingannya adil. Maka berlaku adillah, karena adil dekat dengan taqwa.

Sebagai analogi, kalau kita marah bagaikan menancapkan paku ke dinding. Semakin sering kita marah, semakin banyak paku yang akan menancap di dinding. Lisan kita seperti paku yang ditancapkan ke dinding atau hati orang yang kita sakiti. Seandainya kita meminta maaf kepada orang yang telah kita sakiti, maka paku tersebut akan lepas dari dinding, namun kita akan meninggalkan bekas lubang paku di dinding.

Yang keempat, mengendalikan lisan. Sebagaimana sabda Rasullulah SAW "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang benar atau diam" (HR.Bukhari Muslim). Mari kita jaga lisan kita dari perkataan-perkataan yang sia-sia, yang tidak membawa manfaat.

Setiap perkataan yang kita ucapkan bagaikan anak panah yang kita lepaskan melesat dari busurnya. Apabila sudah terlepas, maka tidak dapat kita tarik kembali. Oleh karena itu, alangkah lebih baik setiap perkataan yang akan kita ucapkan hendaknya dipikirkan terlebih dahulu.

Semoga kita bisa belajar untuk tidak mudah menyinggung perasaan orang lain dan tidak mudah tersinggung oleh perkataan orang lain. Karena tidak setiap yang ingin kita katakan, harus kita katakan.

Ada empat kriteria orang yang berbicara :
- Orang yang berjiwa besar, yang jika berbicara ada 3 hal yang akan didapat, yakni : membicarakan ilmu,
mencari hikmah dari setiap kejadian, dan berdzikir untuk mengingat Allah SWT.
- Orang yang biasa-biasa, yang mempunyai ciri suka menceritakan peristiwa atau kejadian itu saja.
- Orang yang rendahan, yang mempunyai ciri-cirinya suka mengeluh dan mencela kejadian yang ada.
- Orang yang dangkal ialah orang yang senang membicarakan dirinya sendiri dengan tujuan untuk pamer.


Wallahu'alam bis shawab.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Rangkuman Majelis Manajemen Qolbu Al-Azhar

Kamis, 31 Juli 2008

Kemerdekaan adalah hak segala bangsa

Kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, maka penjajahan di atas dunia ini harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.


Di mata bangsa-bangsa yang pernah menjajah negara kita tercinta ini, para pahlawan kita yang begitu berjasa, hanyalah sekedar kaum pemberontak, pengacau, ekstremis, entah apa lagi. Penjajah memberi berbagai cap negatif untuk mendiskreditkannya, karena dengan adanya perlawanan itu, mau tak mau telah mengganggu kepentingan mereka di tanah jajahan. Maka penjajah itu berusaha menangkisnya dengan berbagai cara, baik dengan senjata, kata-kata dan propaganda. Memberi cap negatif adalah propaganda yang sangat intens dilakukan para penjajah di berbagai pelosok dunia, dari zaman baheula hingga zaman khiwari.

Hal di atas sama persis dengan yang dilakukan para penjajah jaman sekarang, terutama yang saat ini sedang menjajah negara-negara Islam. Begitu ada perlawanan dari bangsa terjajah, maka para penjajah berusaha dengan segala cara memberantasnya, bahkan berusaha mempengaruhi opini dunia agar bersedia untuk membenarkan segala kedzaliman yang mereka lakukan. Tak peduli akibat dari ulah mereka itu akan sangat dahsyat dan fatal. Puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan jutaan nyawa akan mati. Belum lagi kerugian material. Rusaknya peradaban dan kebudayaan. Penduduk yang sebelumnya hidup tentram, sejahtera di tengah anggota keluarga dan handai taulan, tiba-tiba saja harus kehilangan anggota keluarga dan kerabat, mendadak tak punya rumah karena rata dengan tanah, tiba-tiba saja tak ada pekerjaan dan penghasilan karena perekonomian goncang, ibu dan anak-anak tiba-tiba saja menurun kesehatannya karena kekurangan makanan dan gizi, pendidikan tiba-tiba saja terkatung-katung. Kekacauan, pencurian, berbagai kejahatan, tiba-tiba saja merebak, merajalela. Maka hukum rimba pun berlaku...

Menghadapi keadaan yang sangat merugikan lahir bathin ini, sangat wajar bila kemudian bangkit kesadaran dan semangat patriotik melawan penjajahan itu. Kebiadaban demi kebiadaban akan terus terjadi selama penjajah itu belum diusir. Berbagai pernyataan yang dimanipulasi dan pemutar-balikan fakta akan terus dibangun penjajah, "Bahwa kami datang untuk menjalankan misi kemanusiaan yang mulia, bahwa kami telah berkorban mati-matian, baik harta, darah dan nyawa". Namun begitu ada satu saja pasukan penjajah yang mati, maka diberitakan ke seluruh penjuru dunia, seakan-akan nyawa seorang penjajah itu jauh lebih berharga, ketimbang nyawa ribuan atau jutaan yang telah dihilangkan, tak diberitakan dan tak pernah jelas jumlahnya. Biadab .

Nafsu syetani benar-benar telah melingkupi seluruh akal pikiran mereka, tertutup mata hatinya, tak ada rasa haru menyaksikan berbagai kesengsaraan akibat ulahnya . Alih-alih terharu, sudah nyata-nyata terlihat penderitaan yang amat dalam, begitu dikritik, diprotes dan dilawan, maka muncul kalimat-kalimat syetani yang langsung dipropagandakan ke seluruh dunia, "Kami berjuang mati-matian untuk membebaskan negeri ini, mewujudkan sebuah negara yang demokratis, menegakkan HAM, membebaskan nasib wanita yang selama ini terabaikan. Akan kami basmi para ekstremis, kaum radikal, garis keras dan para teroris dari negeri ini !".

Nelangsanya, dalam keadaan yang begitu sengsara, selalu saja muncul para penjilat, pencari kesempatan dalam kesempitan, melacurkan martabat bangsa dan harga dirinya kepada penjajah, musuh dalam selimut bagi bangsa sendiri. Diam-diam para penjilat itu telah menjadi kaki tangan penjajah. Pengkhianat !.

"Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya, dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan" (QS.26:183)

"Dan bila dikatakan kepada mereka 'Janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi", maka mereka menjawab 'Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berbuat kebaikan". (QS.2:11)

Kemerdekaan Indonesia, Buah Strategi Tokoh Islam

Memang militer Indonesia melahirkan dirinya sendiri. Dalam proses kelahirannya ini peran laskar-laskar santri yang dipimpin para kiai, ulama, dan ajengan harus dicatat dengan tinta emas sebagai ibu kandung yang melahirkan TNI...

----------

Sarekat Indonesia (SI) adalah cikal bakal gerakan politik modern Indonesia. Ia juga adalah titik tolak organisasi pergerakan nasional.

Sarekat Dagang Islam berdiri pada 16 Oktober 1905 sebagai wadah persatuan pada pedagang pribumi Muslim. Awal gerakan ini dimulai di Solo dan dimotori oleh seorang saudagar Muslim di Surakarta, H Samanhudi. SDI pada awalnya diarahkan untuk melawan dominasi Cina yang menguasai dunia perdagangan dengan mengorbankan pedagang pribumi.

Anggaran Dasar SDI, sebagaimana tercatat dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia, bertujuan untuk berikhtiar meingkatkan persaudaraan di antara anggota dan tolong menolong di kalangan kaum Muslimin, berusaha meningkatkan derajat kemakmuran dan kebebasan negeri. Organisasi ini meluas sampai ke lapisan masyarakat bawah dan kemudian oleh pemerintah kala itu dianggap sebagai organisasi yang mengancam stabilitas sehingga dibekukan pada Agustus 1912.

Pada akhir Agustus 1912 pembekuan SDI dicabut karena tidak cukupnya bukti. Setelah itu dilakukan perubahan pada tubuh SDI sebagai aset umat dalam rangka menyikapi perkembangan yang terjadi di tanah air. Muncullah pemimpin baru yakti Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Disusunlah anggaran dasar baru bahwa organisasi ini dinyatakan meliputi seluruh Indonesia dan sekaligus menghapus kata “dagang” menjadi Sarekat Islam (SI). Tercatat H Samanhudi sebagai ketua dan HOS Tjokroaminoto sebagai komisaris. Anggaran Dasar disahkan dengan akta notaris di Surabaya pada 10 September 1912.

Sejak berdirinya, tercatat sejumlah advokasi yang dilakukan oleh SI. Organisasi ini gigih mengusahakan tercapainya tujuan kenegaraan, kebenaran, dan keadilan. Upaya-upaya perlawanan terhadap praktik-praktik penindasan oleh penguasa juga kerap dilakukan.

Perkembangan SI begitu pesat. Pada waktu itu SI menjadi kekuatan politik yang amat terasa pengaruhnya. Tahun 1916 tercatat 181 cabang di seluruh Indonesia dengan tak kurang dari 700 ribu anggota. Sebuah angka yang fantastis kala itu, Budi Utomo di masa keemasannya saja hanya beranggotakan tak lebih dari 10 ribu orang.

Tak salah kiranya jika kelompok nasionalis Islami berpendapat bahwa berdirinya Sarekat Islam pada 16 Oktober 1905 adalah titik tolak pergerakan nasional. Islamlah yang mampu mendobrak “nasionalisme” lokal itu (Nasution, 1965). Tak kurang, M Natsir dalam Indoensisch Nationalism mengatakan bahwa pergerakan Islamlah yang pertama meretas jalan di negeri ini bagi kegiatan politik yang mencita-citakan kemerdekaan.

Koran Asia Raja, 13 September 1943, mempublikasikan tuntutan sepuluh ulama pada pemerintah Jepang di Jakarta. Tuntutan ini berisi: permintaan para ulama agar Jepang segera membentuk tentara sukarela yang akan membela tanah Jawa. Kesepuluh ulama tersebut adalah: KH Mas Mansoer, Tuan Guru H Mansoer, Tuan Guru H Jacob, H Moh Sadri, KH Adnan, Tuan Guru H Cholid, KH Djoenaedi, DR H Karim Amrullah, H Abdoel Madjid, dan U Mochtar.

Akhirnya, 3 Oktober 1943, pemerintah Jepang meresmikan PETA di Bogor. Keanggotaan PETA didominasi oleh kalangan santri dan ulama, termasuk kesepuluh ulama tersebut. Sementara KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU, dipercaya sebagai penasehat PETA. Beliau berhasil menanamkan ruh jihad di tiap dada prajurit PETA.

KH Hasyim Asy’ari selalu menanamkan pada prajurit-prajurit PETA bahwa tujuannya adalah berperang karena Allah, mengangkat kehormatan agama Islam, dan menyebarkan firman Allah. Sehingga usaha para prajurit dapat dianggap perang di jalan Allah (Fajar Kebangunan Ulama, Biografi KH Hasyim Asy’ari). Tak heran jika umat Islam menyambutnya dengan ghirah tinggi. Umat berharap kehadiran PETA bisa menjadi batu loncatan menuju Indonesia merdeka.

Laskar Hizbullah didirikan pada awal tahun 1945, bertujuan untuk mempersiapkan pemuda Islam mempertahankan Jawa jika tentara sekutu datang. Ide pembentukan laskar Hizbullah dipelopori oleh KH Wachid Hasyim. Pengorbanan laskar santri ini terasa nyata ketika kita menengok pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Dengan semangat membara, Bung Tomo, menanamkan ruh jihad pada para pejuang melalui corong radio dan pidato-pidatonya di Surabaya. Kalimat “Allahu Akbar, merdeka atau mati” menjadi semboyan setiap anggota laskar yang didukung oleh para santri dan kiai dari semua pondok pesantren di Jawa Timur. Tak heran perlawanan laskar santri ini tercatat sebagai jihad paling heroik sepanjang sejarah republik ini.

Setelah disahkannya BKR (Barisan Keamanan Rakyat) oleh Soekarno, sepanjang sejarah BKR hingga TNI (1945-1949) umumnya dipimpin oleh panglima dan komandan dari PETA yang berlatar belakang santri. Panglima Besar Soedirman misalnya, ia dikenal sebagai kader Muhammadiyah dan juga pernah menjabat Ketua Pemuda Muhammadiyah Cilacap. Semasa perang gerilya, anak buahnya selalu memanggil Kajine (Pak Haji) kepada Soedirman, meski ia belum pernah menunaikan ibadah haji.

Memang militer Indonesia melahirkan dirinya sendiri. Dalam proses kelahirannya ini peran laskar-laskar santri yang dipimpin para kiai, ulama, dan ajengan harus dicatat dengan tinta emas sebagai ibu kandung yang melahirkan TNI. Meski dalam perjalanannya terdapat banyak persoalan politik berkaitan dengan perbedaan ideologi negara dan ideologi laskar serta persoalan reorganisasi TNI, tidak seharusnya pengorbanan laskar santri ini dinafikan begitu saja. Atau malah dicap pemberontak! [Disarikan dari beberapa artikel di Sabili, edisi khusus Juli 2004]

Minggu, 27 Juli 2008

Urgensi Menegemen Dakwah Kampus

Urgensi pemolaan manajemen Dakwah Kampus (membuat Dakwah Kampus yang terpola, red) bukanlah semata-mata karena tuntutan modernitas. Seolah-olah menjadi kelatahan apabila muncul sebuah kesadaran untuk lebih komprehensif mem-pola-kan Dakwah Kampus dalam rumusan-rumusan yang menjadi tradisi masyarakat modern. Padahal memenej Dakwah Kampus adalah sebuah sunnatullah bagi siapa saja yang ingin seruannya menjadi kiblat yang digugu, ditiru, dan dipanuti. Jadi membuat nidzham yang sistemik dan pemprograman yang jelas merupakan kewajiban bagi setiap rijalud dakwah yang bermujahadah. Artinya, mentakwin ummat, membentuk generasi rabbani, dan menuju khairu ummah, bukanlah membangun kerajaan pendeta, rezim junta militer yang facistis, atau sekedar membuat konfrensi internasional. Akan tetapi risalahnya adalah mewujudkan pemahaman yang syamil (tidak juz’i) pada setiap diri muslim sekaligus mengejawantahkannya pada peradaban yang lengkap (tidak sektoral). Ali Ra pernah berkata: Al Haq yang tidak ternidzham akan dikalahkan oleh al bathil yang ternizham.

Kampus adalah komunitas kecil yang merepresentasikan sebuah negara dalam skala mini. Kampus juga bisa dipandang sebagai pusat informasi yang paling cepat mengolah data menjadi konseo-konsep yang siap diterapkan di tengah masyarakat. Kampus adalah sebuah wahana yang mampu membahas segala permasalahan secara komprehensif melalui pendekatan multi dimensional. Dari sisi rekrutmen, kampus merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang berpotensi menjadi penentu kebijakan di masa datang. Bahkan pada saat-saat tertentu kampus dapat juga menjadi faktor yang ikut menentukan perubahan sejarah.

Oleh karenanya kampus dapat dijadikan sebagai sebuah laboratorium untuk menelurkan berbagai konsep. Sekaligus berfungsi pula sebagai sarana latihan bagi para rijalud dakwah dalam menerapkan konsep-konsep tersebut. Homogenitas komunitas kampus justru bisa menjadi kekuatan untuk menguji seberapa handal kualitas sumber daya manusia yang ada dan seberapa bagus konsep yang ditelurkan. Sesungguhnya pergesekan elit dan perdebatan konsep terjadi pada masyarakat yang berpendidikan tinggi. Sementara, untuk menghindari kecenderungan untuk menjadi elitis harus dirumuskan kegiatan-kegiatan yang menyentuh langsung masyarakat luas.

Manajemen Dakwah Kampus

Apabila telah muncul persamaan persepsi pada diri setiap rijalud dakwah tentang urgensi dakwah kampus, amat penting untuk segera dipetakan permasalahan yang ada. Di sinilah perlunya para rijalud dakwah yang memiliki kemampuan manajerial tinggi. Selain itu perlu juga dikerahkan rijalud dakwah dari beragam disiplin ilmu untuk dapat mendekati permasalahan secara multi dimensional.

Selama ini pengelolaan dakwah kampus lebih nampak sebagai sebuah paguyuban. Lembaga musholla, rohani islam, atau lembaga dakwah kampus menunjukkan kekeluargaan yang tinggi dan mampu mengikat banyak orang. Akan tetapi pengelolaan organisasinya cenderung tradisional. Ketergantungan akan figur masih sangat tinggi, sementara sistemnya-kalau tidak bisa dibilang amburadul-sangat lemah. Lembaga lainnya di kampus nampak memiliki kecenderungan yang tinggi untuk melahirkan nidzham yang sistemik. Dalam hal profesionalitas dan etos kerja, harus diakui bahwa para rijalud dakwah masih kalah dengan para pialang peradaban barat, minimal dalam hal performance-nya.

Oleh karenanya hal pertama yang harus disosialisasikan adalah urgennya diselenggarakan diklat-diklat Manajemen Dakwah Kampus di setiap kampus. Mulai dari tingkat universitas, fakultas, unit-unit kegiatan, sampai jurusan-jurusan. Harus dirumuskan sebuah paket standard dalam bentuk modul atau diktat yang menjadi tolak ukur bagi peningkatan sumber daya manusia para rijalud dakwah. Paket tersebut meliputi Manhaj Dakwah Kampus, tarbiyah ruhiyah, fiqhud dakwah, fiqhul waqi’i, dauroh murabbi, dauroh sospol, dauroh akademik, dauroh ijtima’iyyah, dan ketrampilan manajemen dakwah. Pada hakekatnya paket-paket ini merupakan dauroh tarqiyah yang dikemas secara menarik.

Manajemen Dakwah Kampus dapat dijabarkan sebagai kiat-kiat, teknik, panduan, juklak, atau bahkan model-model dan format kegiatan yang bersifat kongkret. Manajemen Dakwah Kampus merupakan turunan langsung dari konsep dasar yang bersifat abstrak seperti yang termaktub dalam materi fiqhud dakwah. Diharapkan para rijalud dakwah memiliki bekal kemampuan praktis seperti, merumuskan masalah, komunikasi massa, teknik negoisasi, berpikir alternatif, manajemen strategi, rekayasa sospol, manajemen rapat, manajemen issu dan opini publik, networking, pengembangan kreatifitas, membuat keputusan, dan penerapannya dalam sebuah organisasi. Minimal seorang rijalud dakwah memiliki kemahiran mengelola sebuah kepanitiaan.

Harapannya adalah semakin banyak dihasilkan konsep-konsep terapan yang siap pakai di lapangan akan semakin banyak pula praktisi yang siap bekerja untuk dakwah. Suatu saat tidak ada lagi prinsip “yang penting kerja” akan tetapi telah berubah menjadi “yang penting kerja dengan ihsan”. Suatu saat juga tidak ada lagi pertanyaan “bagaimana ?” ketika seseorang diamanahkan sebuah pekerjaan. Dan akhirnya tidak ada lagi orang yang tidak bekerja, bukan karena tidak mau bekerja, tetapi tidak tahu apa yang mesti dikerjakannya dan atau tidak mampu mengerjakannya.

Fiqhud Dakwah sebagai Konsep Dasar

Pemolaan Manajemen Dakwah di kampus membutuhkan landasan fiqh yang diartikulasikan secara segar dan aktual. Keluasan dan keluwesan ajaran Islam amat mendesak untuk diperdalam bagi para rijalud dakwah yang kebetulan menjadi elit kampus. Manuver-manuver politik begitu cepat berseliweran di depan mata. Pergolakan pemikiran menjadi dinamika civitas akademikanya. Selalu saja ada informasi baru yang mengguncangkan. Sementara generasi baru yang ”hedon-norak” itu begitu aktifnya menjadi pialang-pialang yang membawa kebudayaan barat di kampus. Perubahan-perubahan yang begitu cepat dan dinamika serta pergesekan dan persaingan yang begitu tajam menjadi ciri obyek dakwah (mad’u) di dunia kampus.

Perumusan fiqhud dakwah kampus amatlah penting. Hal ini berkaitan dengan kebijakan dan perilaku para rijalud dakwah di kampus. Kesalahan, kerancuan, kedangkalan, dan kesempitan pemahaman akan berakibat fatal pada wajah dakwah kampus. Seringkali citra dakwah tertutupi oleh juru dakwahnya sendiri. Kecenderungan menghakimi terkadang masih mewarnai sebuah kebijakan. Kurang tasamuh terhadap keberagaman dan cenderung saklak atau hitam-putih dalam memecahkan masalah. Padahal kompleksitas masyarakat modern semakin menuntut pola berpikir alternatif dalam menawarkan solusi.

Pemahaman akan fiqhul ikhtilaf yang senantiasa mendahulukan sisi positif (husnudzh dzhon) terhadap setiap orang dan kelompok serta mengkaitkan sisi-sisi positif tersebut dalam bangunan dakwah masih kurang sekali. Belum cukup kesadaran bahwa setiap rijalud dakwah harus mendorong terciptanya link-link dengan berbagai golongan dan kalangan serta beramal jama’I atas apa-apa yang disepakati bersama. Belum cukup usaha untuk menggerakkan partisipasi aktif masyarakat ammah dan keterkaitan semua unsur sebagai pendukung harakah. Hingga muncullah tuduhan-tuduhan seperti sok suci, penguasa kebenaran, atau facisme religius.

Oleh karenanya di tingkat pemahaman perlu pembenahan dan penjernihan agar ada kesatuan pandang dan bahasa yang sama dari para rijalud dakwah. Kesenjangan dan perbedaan persepsi bisa menjadi potensi tafaruq di lapangan. Konsep-konsep seperti manhaj, uslub, harakah, tarbiyah, halaqoh, liqo, ikhwan, akhwat, futur dan lainnya, telah mengalami bias, direduksi sebatas idiom dan disalahkaprahi sebagai satuan-satuan yang kategoris. Maka muncullah verbalisme yang pada gilirannya menghambat komunikasi dengan masyarakat ammah.

Namun hal yang amat mendesak untuk dikaji, dirumuskan, dan disosialisasikan adalah fiqhul waqi’i. Seiring dengan makin besarnya jumlah rijalud dakwah maka terbukalah peluang-peluang dakwah yang selama ini tak terbayangkan. Semangat untuk merambah ke berbagai sektor kehidupan-“yang tercermin dengan diambil alihnya berbagai posisi strategis lembaga kemahasiswaan di kampus”-seharusnya diiringi oleh bacaan yang kuat terhadap situasi dan kondisi lahan yang akan digarap. Kalau tidak, akan terjadi fitnah dan inqilabiyah yang dipaksakan (isti’jal). Manuver-manuver yang dilakukan menjadi tidak smooth. Dan sudah menjadi karakter masyarakat kampus yang tidak suka terhegemonik.

Kebutuhan utama akan fiqhul waqi’i adalah dalam pembuatan konsep. Oleh karenanya para konseptor yang lazimnya duduk di majelis syuro adalah orang-orang yang matang dalam pemahaman akan fiqhul waqi’i, cukup jam terbangnya pada medan dakwah yang akan diterjuni, dan memiliki penguasaan terhadap disiplin ilmu yang berkaitan erat dengan permasalahan-permasalahan obyek dakwahnya. Tentulah amat sulit menemukan tiga hal tersebut sekaligus dalam diri seseorang. Selain itu, skala yang membesar dan kompleksitas yang meningkat membuat semakin tidak mungkin apabila pembuatan konsep hanya diserahkan pada seseorang saja. Saatnya sekarang menghadirkan para rijalud dakwah sesuai spealisasi ilmu atau kafa’ahnya dalam sebuah forum dialog yang seimbang. Penglibatan rijalud dakwah yang ahli dalam masalah sosiologi misalnya, mendesak untuk dihadirkan agar gerak dakwah yang dilakukan lebih sosiologis (bil lisani qoumi) dibandingkan pendekatan politik melulu. Penglibatan beragam rijalud dakwah dari berbagai disiplin ilmu amat dimungkinkan di dunia kampus. Tantangan dakwahnya ada di depan mata yaitu, bagaimana menjawab permasalahan-permasalahan yang timbul dari fenomena generasi baru yang “hedon-norak” berikut kebudayaannnya itu.

Masih berkaitan dengan fiqhud dakwah, masalah kiprah muslimah nampaknya memerlukan pembahasan tersendiri. Dominasi kaum hawa di beberapa fakultas merupakan fenomena tersendiri di kampus. Lebih-lebih lagi kalau keberadaannya di kampus memperoleh-“kalau tidak bisa dibilang klaim”- legitimasi feminisme. Masalah feminisme jika diletakkan sebagai sebuah aliran pemikiran belaka mungkin hanya menjadi ghazwah di tataran pemikiran saja. Tapi kalau feminisme sudah menjadi idiologi sebuah pergerakan, ini tentu saja akan menjadi perbenturan yang mewarnai kampus di masa datang. Di tingkat nasional, bisa disaksikan maraknya buruh-buruh perempuan dan merambahnya kaum ibu ke sektor-sektor yang selama ini tak pernah terbayangkan. Beralihnya peran ibu dari sektor domestik ke sektor publik ini jelas akan berpengaruh besar di masa datang.

Catatan yang patut digaris bawahi pada pembahasan di sekitar fiqhud dakwah adalah manajemen konflik bagi para rijalud dakwah. Membicarakan konflik bukanlah meniatkan terjadinya konflik akan tetapi meniatkan penyelesaian konflik agar menghasilkan ishlah yang mendatangkan rahmat. Menabukan membicarakan tentang konflik justru mengingkari kenyataan yang ada. Memendam konflik berarti menyimpan bom waktu yang akan menjadi bumerang. Oleh karenanya konflik harus diselesaikan semenjak dini. Seiring dengan terajutnya tali ukhuwah, buatlah sebuah mekanisme yang mendamaikan perselisiha menjadi islah di atas landasan ketakwaan. Kalau seorang rijalud dakwah berhasil memanej konfliknya menjadi sebuah ishlah di atas ketakwaannya maka Allah akan merahmatinya (QS Al Hujurat ayat 10)

Introspeksi dan Evaluasi

Fenomena kefuturan pada sementara rijalud dakwah yang menggejala akhir-akhir ini bisa dilihat dari beberapa sudut. Hal pertama yang bisa dilihat adalah terhijabnya saluran komunikasi yang menimbulkan mis-persepsi dan tidak terserapnya permasalahan-permasalahan yang berkembang secara optimal. Komunikasi yang tidak efektif juga berdampak pada rendahnya pemahaman akan apa yang sebenarnya tengah diperdalam dan diperjuangkan. Akhirnya timbullah disorientasi pada sebagian rijalud dakwah.

Hal kedua sebagai akibat dari hal pertama adalah terhambatnya aktualisasi diri sebagian rijalud dakwah yang kurang sabar dan kurang pandai memahami tapi terkenal kritis, kreatif, aktif, dan progresif. Mereka yang sangat ekspresif dan energik ini, sebenarnya aset yang mahal dalam barisan rijalud dakwah. Oleh karenanya dibutuhkan langkah-langkah yang antisipatif untuk mengarahkan mereka kearah-arah yang tepat dan telah dipersiapkan dengan matang.

Hal ketiga sebagai akibat dari hal kedua adalah terjadinya stagnasi internal, di mana terdapat kecenderungan untuk defensif, tidak argumentatif, dan tidak antisipatif terhadap perkembangan yang ada. Kecenderungan yang umum adalah bertahan pada apa yang sudah ada, beku pada apa yang dianggap baku, takut berkreatifitas, malu berinovasi, khawatir salah, dan pasif menerima apa adanya. Akhirnya muncullah kebosanan dan kebencian akan kemapanan yang bersifat emosional.

Hal keempat dan terakhir adalah rongrongan eksternal. Bagaimanapun golongan kiri, kanan, haddamah, dan generasi baru yang menjadi pialang peradaban barat akan merongrong terus baik secara politis maupun pemikiran dengan pola kerja yang sistematis. Sementara-“di sinilah pentingnya fiqhul ikhtilaf dan pemahaman terhadap harokah yang baik”-kelompok politik atau aliran pemikiran tertentu dalam Islam lainnya menawarkan berbagai alternatif lain untuk dipilih.

Khatimah

Memenej dakwah pada hakekatnya menjalankan fungsi kekhalifan di muka bumi ini. Jangan sampai ketika kita berdakwah di kampus, kaidah dakwah ‘ammah wa harokatudzh dzhohiroh (dakwah umum dan aktifitas terbuka) berubah perlahan-lahan menjadi kaidah dakwah khashshah wa harokatus sirriyah (dakwah khusus dan aktifitas tertutup). Jangan sampai ketika kita berdakwah, melakukan suatu kegiatan di kampus, pemberi materinya kita, panitianya kita, dan para pesertanyapun kita semua. Marilah kita belaku professional dalam berdakwah sehingga kita dapat menjalankan tugas sebagai khalifah di muka bumi ini.

Allah menyaksikan apa yang terlintas pada setiap lubuk hati para Aktifis Dakwah Kampus. Maha suci Engkau Ya Allah, dengan memuji Engkau, aku bersaksi tiada Ilah kecuali Engkau. Aku mohon ampun kepada Mu dan aku bertaubat kepada Mu. []